Monday, 14 July 2014

Puisi Ojek Sepeda

www.foentry.com

http://foentry.com/2014/05/mengeluh-tidak-menghilangkan-beban-hidup/

Mengeluh Tidak Menghilangkan Beban Hidup, puisi anggota dewan, puisi antarnegara, puisi asia, puisi badan sehat, puisi baju koko, puisi batik, puisi beregu putra, puisi bmx, puisi bukan empat mata, puisi daniel pedrosa, puisi dasi, puisi ekonomi kebawah, puisi ekstrim, puisi fixie, puisi gengsi, puisi halal, puisi jaman kolonial belanda, puisi jas tuksedo, puisi jorge lorenzo, puisi kawasan kota tua, puisi kawasan wisata, puisi kejahatan, puisi kota intan, puisi landmark, puisi mangga besar, puisi marc marquez, puisi menara syahbandar, puisi mesum, puisi miskin semiskin miskinnya, puisi motogp, puisi museum bahari, puisi nasi, puisi ngojek, puisi ngutil jas, puisi ojek sepeda, puisi ojek wisata, puisi orang miskin, puisi otot kuat, puisi panitia acara, puisi pas mantab, puisi pelabuhan sunda kelapa, puisi pelacuran kota, puisi pensiun, puisi pesta olahraga, puisi popularitas, puisi prostitusi kota, puisi rakyat kecil, puisi road race, puisi sea games, puisi senayan, puisi sepatu pantofel, puisi sepeda onta, puisi sepeda onthel, puisi sprint, puisi tempat legenda, puisi tobat, puisi toko merah, puisi tour de france, puisi tukang ojek sepeda, puisi tukul arwana, puisi valentino rossi, puisi wong cilik.

Kisah Tukang Ojek Sepeda

"Gowes" Santai di Kota Tua

MESKI sudah sering dikunjungi, kawasan Kota Tua Jakarta selalu punya daya pikat untuk didatangi lagi. Pada akhir pekan, tempat ini selalu penuh dengan pengunjung. Jika Anda tidak ingin berlelah-lelah menghabiskan akhir pekan di luar kota, menikmati petualangan di Kota Tua tidak kalah menariknya.

Tak hanya melihat bangunan bersejarah dan berpose di depannya, Anda bisa bersepeda santai keliling Kota Tua. Mumpung lagi demam gowes di Ibu Kota, tak ada salahnya Anda menjajal rute keliling kawasan tersebut. Ada setidaknya 20 lokasi menarik yang bisa dikunjungi dengan naik sepeda.

Mengapa sepeda? Dengan diberlakukannya jalur satu arah di sekitar Kota Tua, naik sepeda membuat Anda lebih mudah mencapai beberapa lokasi bersejarah di kawasan ini dibandingkan dengan naik mobil atau sepeda motor. Hitung-hitung sambil olahraga juga.

Lokasi yang paling banyak dikunjungi adalah Masjid Luar Batang, Pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan, Museum Bahari, Menara Syahbandar, Jembatan Kota Intan, Kali Besar, Museum Wayang, Taman Fatahillah, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Sejarah Jakarta, Toko Merah, Chartered Bank, Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri, Stasiun Beos, kawasan Pinangsia, Petak Sembilan, Wihara Darmabakti, dan Gedung Candranaya. Luasnya mencapai kurang lebih 864 hektar, meliputi wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara.

Tak cukup seharian untuk mengunjungi semua tempat itu. Anda bisa memilih lokasi yang disukai atau yang jaraknya tidak terlalu berjauhan.

Pengunjung bisa membawa sepeda sendiri. Mintalah panduan berupa brosur dan peta lokasi menuju ke tempat-tempat menarik di kawasan Kota Tua. Jangan lupa membawa masker dan kacamata pelindung. Rute yang akan dilalui terhitung padat kendaraan bermotor, penuh asap, dan debu.

Mesin waktu

Jika tak ingin repot membawa sepeda dari rumah, jangan khawatir. Di pelataran Taman Fatahillah, ratusan sepeda tersedia untuk disewa pengunjung. Sepeda ontel lengkap dengan topi renda atau caping dan topi ala meneer Belanda. Dengan perlengkapan jadul itu, bersiaplah memasuki ”mesin waktu” yang akan membawa Anda ke suasana Jakarta tempo doeloe. Kawasan ini merekam jejak Jakarta sejak bernama Jayakarta tahun 1527.

Jika ingin lebih leluasa menikmati pemandangan sekitar, ada tukang ojek sepeda yang siap mengantar Anda sekaligus menjadi pemandu di tempat- tempat yang akan Anda kunjungi. Sewanya Rp 30.000 per sepeda untuk beberapa tempat selama sekitar satu jam.

Jumat (10/12/2010) pagi yang cerah, Reban (35), salah satu pengojek sepeda di Kota Tua, sudah siap membawa pengunjung berkeliling ke beberapa lokasi peninggalan bersejarah. ”Rutenya dari sini ke Pelabuhan Sunda Kelapa lalu ke Menara Syahbandar, Museum Bahari, lanjut ke Jembatan Kota Intan dan terakhir Toko Merah,” ujarnya.

Pelan tetapi pasti, Reban mengayuh sepedanya menuju Pelabuhan Sunda Kelapa hingga ke Toko Merah. Gedung-gedung tua, baik yang terawat maupun sudah tak terpakai, bertebaran di sepanjang jalan. Di setiap perhentian, Reban menjelaskan sejarah gedung tua yang dikunjungi dan fasih menjawab pertanyaan- pertanyaan seputar tempat itu pada zaman dulu dan sekarang.

Para pengojek sepeda siap sejak pukul 07.00 hingga 19.00. Jika Anda menyewa tanpa pengojek, tarifnya Rp 20.000 per jam. Untuk sewa seharian pukul 09.00- 18.00, tarifnya Rp 150.000.

Ria (23), yang baru berkeliling Kota Tua dengan ontel, menuturkan, pengalaman bersepeda keliling Kota Tua menyenangkan sekaligus mendebarkan. ”Banyak tempat menarik untuk dilihat. Agak berdebar-debar juga di jalan karena saingannya mobil-mobil dan truk besar,” ujarnya.

Sayangnya, kata Ria, belum ada rute atau jalur khusus untuk wisata sepeda keliling Kota Tua sehingga pengunjung yang naik sepeda harus ekstra hati- hati memerhatikan lalu lintas di jalan-jalan yang dilalui.

Pengunjung lain, Martian (25), mengatakan jika bersepeda keliling Kota Tua serasa tidak berada di Jakarta. ”Suasananya lain sekali walaupun tetap panas,” katanya.

Martian, yang sudah sering ke Kota Tua, lebih tertarik pada eksotisme tempat itu jika diabadikan lewat foto. Sambil bersepeda, dia juga bisa mendapatkan banyak foto menarik.

Jika sudah siap dengan petualangan menarik ini, segeralah menuju Kota Tua. Tidak sulit mencapai tempat ini, bisa dengan kendaraan pribadi ataupun angkutan umum.

Dengan kendaraan umum, Anda bisa naik bus transjakarta koridor I jurusan Blok M-Kota. Bisa juga naik mikrolet M-12 dari Pasar Senen tujuan Kota, mikrolet M-08 jurusan Tanah Abang-Kota, atau bus Patas AC 79 jurusan Kampung Rambutan-Kota.

Sumber

No comments:

Post a Comment