Tuesday, 22 July 2014

Puisi Penyapu Jalan Tol

www.foentry.com

http://foentry.com/2014/04/menyapu-sampai-titik-darah-penghabisan/

janitor poetry, Menyapu Sampai Titik Darah Penghabisan, puisi anak istri, puisi anak kuliahan, puisi asuransi, puisi balap mobil, puisi balapan, puisi balapan jalan tol, puisi bapak kost, puisi cabe cabean, puisi cewek seksi, puisi demo, puisi glodok, puisi harga diri, puisi horni, puisi ibu kos, puisi intai, puisi intip, puisi jablay, puisi jalan tol, puisi kecelakaan, puisi keluarga, puisi kemenangan, puisi kontrakan, puisi korupsi, puisi koruptor, puisi kos kosan, puisi malam, puisi mengintai, puisi mobil goyang, puisi ngebut, puisi ngekost, puisi ngintip, puisi pembersih jalan tol, puisi penyapu jalan tol, puisi penyedot debu, puisi pintu tol, puisi promosi, puisi prostitusi, puisi rayuan maut, puisi sapu bersih korupsi, puisi sapu jalanan, puisi senayan, puisi taruhan, puisi tewas ketabrak, puisi titik darah penghabisan, puisi tukang sapu, puisi tunggakan, puisi ugal ugalan, puisi vacuum cleaner, puisi vcd, puisi vicidi.

Pengertian Penyapu Jalan Tol

Jakarta Barat – Di tengah suasana malam yang sepi di Jakarta, banyak profesi yang justru baru dimulai, salah satunya adalah penyampu jalan tol.
Disaat malam hari warga Jakarta terlelap tidur, beberapa profesi pekerjaan justru baru dimulai. Salah satunya tukang sapu di jalan bebas hambatan. Profesi ini memang sedikit berbeda ketimbang tukang sapu jalanan pada umumnya di Jakarta.
Para pekerja harus membersihkan sampah di jalur darurat dengan lebar dua meter tepat di tepi jalan tol lokasi kendaraan berkecepatan tinggi melintas. Salah satunya Wantok, penyapu jalan di tol Cawang, Jakarta Timur.

Karena tuntutan profesi ini, Wantok bersama empat rekannya harus menukar istrirahat malam dengan menyapu jalan sepanjang 7 kilometer di tol tersebut. Bagi Wantok, konsekuwensi dari pekerjaan ini seperti soal faktor kesehatan yang terus menurun dan keselamatan jiwa sudah ia pahami sejak 6 bulan lalu.
Namun ini tidak membuat semangat pekerjaan menurun. Karena pria asal Banjar ini lebih tertarik upah 20 ribu rupiah setelah bekerja 8 jam setiap malam.
Wantok menyadari pendapatan 600 ribu rupiah per bulan tanpa uang makan dan kesehatan belum juga memadai terutama ketika ia  harus menghidupi satu istri dan empat anaknya. Sekalipun pagi hari bapak 60 tahun ini juga masih bekerja sambilan dengan menarik becak di tempat tinggalnya di Bekasi.
Entah sampai kapan penyampu jalan seperti Wantok harus bekerja menentang maut dengan bayaran murah ini terus bertahan. Paling tidak jika ada secercah perhatian dari pihak dinas kebersihan terkait, pasti membuat hidup puluhan penyapu jalan senasib lebih baik.

sumber: indosiar.com

No comments:

Post a Comment