www.foentry.com
http://foentry.com/2014/03/mahligai-prostitusi-santun/
bispak, cabe cabean, hooker, jablay, janggol, la prostituée, lonte, mahligai prostitusi santun, pecun, perek, pramuria, prostitusi, prostitute, prostitution poetry, puisi bispak, puisi bondon, puisi dahup, puisi ijig ijig, puisi jablay, puisi kawin kontrak, puisi kimpoi, puisi lokalikasi, puisi lonte, puisi pelacuran, puisi pelacuran terselubung, puisi pencari mimpi, puisi pernikahan, puisi psk, puisi seks, puisi underground, puisi wna, sundal, timur tengah, ubel ubel, ungkluk, wanita panggilan, wedding poetry, whore, wp.
Pengertian Kawin Kontrak
Kawin Kontrak, Dibenci Tapi Juga Disukai
Bogor
, Pro-kontra mengenai kawin kontrak yang masih berlangsung di wilayah
Puncak, Jawa Barat hingga kini terus menjadi perdebatan. Sebagian pihak
menilai praktik tersebut tidak merugikan, karena wanita menjalani kawin
kontrak tingkat perekonomiannya terbantu. Tapi, di sisi lain kawin
kontrak justru lebih banyak merugikan masyarakat, terutama wanita.
"Saya
termasuk orang yang tidak setuju dengan kawin kontrak ini. Coba
bayangkan, banyak wanita yang umurnya masih muda sudah dikawinkan
orangtuanya hanya karena untuk mendapatkan uang. Padahal setelah itu,
anaknya jadi janda karena ditinggalkan suaminya," ujar Sony H, warga
Kelurahan Cisarua.
Wanita yang menjalani kawin kontrak dipaksa
harus menikah dalam usia yang masih muda, yakni usi 16-18 tahun.
Kerugian lainnya, wanita muda itu harus menjadi seorang janda saat pria
yang mengawininya pulang ke negara asalnya. Namun demikian, meski
terjadi pro kontra soal kawin di daerah Puncak tidak memengaruhi
kedatangan warga negara asing (WNA) ke kawasan berhawa sejuk ini.
Umumnya
WNA yang banyak melakukan kawin kontrak di daerah itu berasal dari
Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Kuwait, Iran, Irak dan termasuk Turki.
Bahkan turis asing memiliki komunitas di kawasan ini, termasuk soal
kawin kontrak. Masih tumbuh suburnya praktik kawin kontrak ini tidak
lepas dari peran makelar atau calo yang banyak menyediakan wanita muda
untuk dijadikan sebagai istri siri dan melakukan kawin kontrak.
Para
wanita yang disiapkan untuk kawin kontrak didatangkan dari
pelosok-pelosok kampung di wilayah Kabupaten Bogor, seperti kelurahan
Cisarua, Desa Tugu Selatan, Tugu Utara, di Kecamatan Cisarua. Tidak
sedikit pula calo kawin kontrak mendatangkan wanita untuk dikawini WNA
berasal dari wilayah Cianjur, dan Sukabumi.
Wanita yang disiapkan
untuk kawin kontrak umumnya dipilih dari keluarga yang tingkat
prekonomiannya rendah. Dengan iming-iming mulai dari Rp 5 juta-Rp 20
juta yang ditawarkan makelar, para orangtua rela melepas anaknya untuk
dikawini oleh para turis asing itu, meski hanya dalam waktu antara
dua-tiga bulan saja, atau selama para turis itu berlibur di Indonesia.
Para
orangtua berasalan, lebih baik anaknya dikawini secara kontrak oleh
turis asal Timur Tengah itu daripada tidak bekerja dan hanya berdiam
diri di rumah. "Anak saya sudah enggak melanjutkan sekolah, enggak juga
bekerja. Ya sudah dinikahkan saja, minimal bisa membantu keuangan
keluarga," ujar Ah (50), warga Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua,
yang sempat menikahkan anak ketiganya dengan seorang turis asal Arab
Saudi.
Meski sekarang anaknya itu sudah menjadi janda karena kawin
kontraknya sudah berakhir, Ah mengaku tidak menyesal. "Di kampung mah
gampang, tinggal nikah lagi aja," ucapnya polos.
Meski lebih
banyak merugikan wanita, bagi Sus (24), warga Cigombong, Kabupaten
Bogor, kawin kontrak yang dilakukannya adalah untuk menyambung hidup.
Sus yang saat ini tengah mengandung tiga bulan, terpaksa melakukan kawin
kontrak hanya untuk mendapatkan uang.
"Ini bukan janin dari orang
Arab, ini hasil hubungan saya dengan pacar saya. Tapi memang saya
dikontrak oleh lelaki Arab selama satu minggu dengan bayaran Rp 7 juta,"
ujar Sus.
Dia mengaku meski tengah hamil tiga bulan rela melayani
tamu asal Timur Tengah, karena untuk kebutuhan hidup. "Bayaran Rp 7
juta per minggu itu, saya hanya dapat setengahnya, karena dipotong mami
(germo)," katanya.
Sementara itu De (22), warga Cibeureum,
Cisarua, Kabupaten Bogor mengaku, dirinya tidak melakukan kawin kontrak
seperti yang dilakukan Sus.
Diakui, dirinya hanya melayani tamu Arab yang dibayar Rp 700.000 sekali kencan atau Rp 2,5 juta untuk satu hari.
"Biasanya
saya hanya menemani turis Arab selama seminggu. Ada juga yang mau bayar
hanya kencan sehari. Tergantung gimana pembicaraan awal. Uang hasil
transaksi, selalu diambil 40 persen sama mami," kata De, yang mengaku,
ingin berubah dan memiliki suami resmi dan kembali hidup secara normal.
sumber: Kompas.com
No comments:
Post a Comment